Senin, 12 Mei 2008

Kekasihku tersenyumlah bawaku dalam singgasana hatimu


Mon Amour,

J'écris ce Poéme

Parce que je t'aime

Je te dis que je t'aimerai tout le temps

Avec toute mon emotion

Je t'aime jour apres jour

aujourd'hui, demain,et toujours

Je t'aime ,Mon Amour !


Percaya akan cinta sejati, Walter Tubbs, seorang psikolog, menuangkannya dalam puisi:

Kalau aku hanya mengurus urusanku,
dan kau mengurus urusanmu,
Kita berdiri dalam bahaya kehilangan diri sendiri
Dan kehilangan diri kita.

Aku bukan lahir untuk memenuhi harapanmu:
Tetapi aku ada untuk menguatkanmu
Sebagai pribadi yang unik.

Dan menjadi kuat karena kamu
Kita hanya akan menjadi penuh dalam relasi dengan yang lain
Terlepas darimu
Aku berkeping.

Kutemukan kamu bukan kebetulan:
Kutemukan karena aku mencari
Meraihmu di luar diriku.

Aku, tidak menanti apa yang menimpaku
Kubuat semua jadi datang.
Kuawali dari diriku sendiri:
Tetapi diriku bukan tujuan akhir.

Kita bersama itulah kucari ...

Di antara bentuk cinta ini: cinta persaudaraan, cinta keibuan (cinta kepada mereka yang lemah), dan cinta romantis, yang terakhir ini yang paling memperdaya karena sifatnya eksklusif, tidak universal. Waspada dengan jebakannya!

Eric Fromm dalam bukunya, The Art of Loving, menyebut cinta romantis sebagai cinta erotis. Dalam cinta ini orang mendambakan peleburan, penyatuan dengan seorang pribadi lain. Ciri eksklusif dalam cinta romantis ini seringkali disalahartikan sebagal keterikatan yang bersifat memiliki.

Kita seringkali menemukan dua insan yang saling “cinta” dan tidak merasa cinta terhadap orang lainnya. Menurut Fromm, cinta seperti ini adalah suatu egoisme. Mereka adalah dua orang yang saling mengindentifikasi diri dan yang mengatasi masalah keterpisahan dengan memperluas individu yang satu menjadi dua.

Mereka memperoleh pengalaman mengatasi kesepian. Namun, karena mereka terpisah dari manusia yang lain, mereka tetap terpisah satu sama lain dan terasing dari dirinya masing-masing. Pengalaman penyatuan mereka itu adalah suatu ilusi.

Cinta romantis memang bersifat eksklusif tetapi ia mencintai di dalam pribadi yang lain itu, semua manusia, semua yang hidup. Cinta romantis bersifat eksklusif, hanya dalam arti bahwa saya dapat meleburkan diri sepenuhnya dan sesungguhnya (dengan mendalami) hanya dengan satu pribadi.

Cinta ini menutup pintu bagi orang lain hanya dalam arti peleburan erotis, penyerahan diri sepenuhnya dalam segala aspek hidup, tetapi tetap terbuka kepada orang lain dalam arti cinta persaudaraan yang mendalam.

Romantisme

* Dalam kebudayaan kita, cinta seringkali diandaikan hasil reaksi emosional yang spontan, hasil keterpikatan secara tiba-tiba oleh suatu perasaan tak tertahankan.

Sebaliknya, perasaan dapat timbul setiap saat dan dapat lenyap pula setiap saat. Keterpikatan yang spontan yang berarti pengalaman jatuh cinta” ini selalu terasa romantis. Dengan pengalaman ini orang berilusi, seolah gairah yang mengiringi pengalaman jatuh cinta ini dapat berlangsung sepanjang masa.

Stephen Palmquist, pengajar filsafat dan psikologi dari Hong Kong, berpandangan bahwa ketergila-gilaan seseorang yang jatuh cinta akan terpelihara selama terdapat rintangan dalam hubungan mereka. Rintangan itu mungkin berupa perbedaan status sosial (itu sebabnya novel Agatha Christie membuat “mabuk”), perbedaan agama, status belum/tidak menikah, dan sebagainya.

Semakin besar rintangan, semakin romantis cinta itu. Intensitas hubungan percintaan semacam inn datang dari hasrat untuk mengatasi rintangan.

Namun, romantika seperti ini tidak akan bertahan selamanya. Kala rintangan dalam hubungan telah lenyap, misalnya terjadi pernikahan, lenyap pula perasaan romantisnya.

Mereka yang mengagungkan romantika cinta dihanyutkan romantisme, menjadi kecewa ketika tiada lagi perasaan romantis. Selanjutnya ia akan terbang kepada orang lain lagi sebagai objek romantismenya. Bila romantika lenyap lagi, kembali ia terbang dan hinggap pada yang lain.

Cinta Sejati

* Gambaran romantisme di atas tidak dimaksudkan untuk meniadakan arti penting cinta romantis. Bagaimanapun, pengalaman jatuh cinta penting bagi setiap orang dalam menemukan pasangan hidupnya.

Setiap orang dipanggil untuk berkembang menjadi matang. Kematangan pribadi ini umumnya dapat tercapai bila seseorang mampu berproses menemukan diri sendiri dalam persatuan dengan seseorang dalam relasi cinta sejati.

Fromm menyatakan: “Setiap orang harus siap menyatakan Ya" untuk pertumbuhan dan integritas pribadinya.” Salah satu prasyarat ialah harus ada orang yang mendorong kita untuk percaya pada diri sendiri dan menjadi diri sendiri. Ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang benar-benar mencintai kita.

Cinta sejati adalah cinta tak bersyarat: yang membebaskan orang yang kita cintai agar menjadi dirinya sendiri. John Powell, penulis buku Unconditional Love, menyayangkan bahwa yang sering terjadi adalah kita menggiring orang yang dicintai untuk selalu menyesuaikan diri dengan keinginan kita.

Yang terjadi adalah kita meletakkan identitas diri yang kita pilihkan kepada orang yang kita cintai. Kita letakkan ia di sudut sempit dalam kehidupan, dan hanya membolehkannya menjadi seperti yang kita inginkan. Bila demikian, yang terjadi adalah manipulasi, bukan pembebasan.

Mengenai cinta tak bersyarat, Fromm menyatakan ini tidak berhubungan dengan kepantasan diri. Merasa dicintai karena kepantasan diri atau berhak menerima cinta, selalu menimbulkan keraguan: mungkin saya tidak dapat membahagiakan orang yang saya inginkan mencintai saya. Atau mungkin selalu ada rasa cemas: jangan-jangan suatu waktu cinta akan lenyap.

Selain itu, cinta yang didapat karena kepantasan mudah menimbulkan rasa getir: merasa dicintai bukan karena dirinya, melainkan karena kemampuannya membuat orang lain meraSa senang. Ini bukanlah cinta, melainkan manipulasi!

Dalam cinta sejati kita tidak beranggapan orang yang kita cintai adalah yang paling baik dan paling hebat di muka bumi. Mungkin ada orang yang lebih cocok dengan diri kita. Namun, itu tidak menjadi masalah pokok.

Powell menegaskan bahwa yang utama adalah kita telah memilih (berkomitmen) untuk memberikan cinta kepada orang yang kita cintai, dan ia juga memilih untuk mencintai kita. Dalam kondisi ini cinta dapat bertumbuh dengan baik.

Cinta sejati berkembang dari rasa ketertarikan atas pribadi lain sebagai pribadi unik, dilanjutkan dengan keputusan untuk menyerahkan diri secara khusus selamanya. Romantika dan komitmen saling melengkapi untuk perkembangan cinta sejati, sekaligus perkembangan integritas kita sebagai pribadi

Tidak ada komentar: